Jombang, 4 September 2025. MDTNI Journalist – Situasi kerusuhan yang melanda berbagai daerah akhir-akhir ini dinilai memprihatinkan. Aksi saling serang antar sesama anak bangsa akibat provokasi kepentingan dinilai telah mengancam persatuan dan masa depan Indonesia.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Ormas lintas agama, budaya, dan suku Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB), AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal), saat menyikapi kondisi nasional yang berkembang beberapa hari terakhir.
“Situasi sudah anarkis dan menjurus pada amuk massa terhadap pemerintah dan wakil rakyat. Penyebabnya bisa saling klaim, tetapi yang terpenting sekarang adalah bagaimana meredam pertikaian. Ini tugas berat para tokoh dan pemimpin untuk duduk bersama mengakhiri amuk massa yang sudah di luar prediksi,” jelas Gus Wal.
Ia menegaskan, jatuhnya korban jiwa dan kerugian materi akan semakin besar jika tidak segera ditangani dengan bijak. Menurutnya, aparat wajib bertindak tegas, namun tetap mengedepankan pendekatan humanis.
“Dalam situasi tidak terkendali, pasti ada faktor kriminal yang menyusup. Tindakan aparat yang represif justru akan memperkeruh keadaan. Karena itu, tokoh masyarakat dan agama harus turun tangan meredakan amarah dengan pendekatan emosional. Kami dari PNIB menghimbau semua elemen bangsa lintas agama, suku, dan budaya untuk menyatu bersama massa demi meredam situasi,” ujarnya.
Gus Wal menilai peristiwa kerusuhan di bulan Agustus menjadi pelajaran penting bahwa jurang perbedaan sosial, politik, dan ekonomi harus segera dipersempit.
“Rakyat adalah pemilik kedaulatan sesungguhnya. Wakil rakyat dan pemimpin tidak mungkin ada tanpa persetujuan rakyat. Saat ini, sudah waktunya membenahi krisis multidimensi dengan keterlibatan rakyat, tokoh agama, dan masyarakat yang tidak terkontaminasi kepentingan politik,” tegasnya.
PNIB menekankan bahwa demonstrasi merupakan hak rakyat yang dilindungi undang-undang, namun anarkisme bukanlah budaya bangsa Indonesia.
“Mari bersama-sama menjaga dan merawat Indonesia. Duduk berdiskusi dengan rakyat akan melahirkan rasa saling percaya. Anarkisme bukan budaya Indonesia, tapi persatuan dan gotong royong adalah jati diri kita,” pungkas Gus Wal.